Sebuah perancangan interior diwujudkan untuk memecahkan masalah manusia
berkaitan penampungan aktivitas dalam ruang, guna tercapainya kenyamanan keamanan,
efektifitas dan peningkatan produktivitas yang sesuai dengan karakter manusia dan
budayanya.
Konsep desain interior adalah dasar pemikiran desainer dalam memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan pemilik, pendataan dan lingkungan. Unsur estetika
dibangun dalam desain interior berdasarkan pada unsur dasar pembentuk estetika yaitu
titik, garis, bidang, bentuk, tekstur, pola, bahan dan warna. Sedangkan unsur dasar
pembentuk estetika tersebut akan diolah berdasarkan prinsip-prinsip estetika yang terdiri
dari proporsi, keseimbangan, kesatuan, irama, komposisi, vocal point dan lainnya.
Konsep merasuki sekecil apapun yang berkaitan dengan desain, baik pda unsur-
unsur estetika dan hal-hal yang berhubungan dengan teknis bahasan dalam desain interior.
Oleh karennya konsep menentukan unsur-unsur estetika mana yang sesuai dan unsur
teknis mana yang tidak.
Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang
dirasakan seseorang, yang akan dirasakan apabila terjalin perpaduan yang harmonis dari
elemen-elemen keindahan yang terkandung pada suatu objek (Artini, 2000). Dalam kaitan
desain dipahami sebagai seni, maka akan selalu mengolah unsur-unsur: titik, garis, pola,
bentuk, tekstur, banan dan warna dalam suatu keseimbangan, kesatuan, irama, komposisi,
harmoni dan titik pusat perhatian.
Garis merupakan unsur elementer yang senantiasa muncul dan selalu mempunyai
peran dalam menentukan bentuk–bentuk dari suatu entuk. Dari ukuran, bentuk serta gerak
yang ditimbulkan, garis dapat berbentuk lurus, lengkung, patah–patah, bergelombang atau
zig zag. Bagaimanapun bentuknya, garis senantiasa mempunyai peranan dalam suatu
desain. Peranan garis yang kuat adalah merupakan salah satu ciri dari konsep minimalis
yang ada pada desain interior rumah tinggal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam peranan garis tersebut
yang di wujudkan dalam desain interior rumah tinggal. Penelitian ini akan dilaksanakan
terhadap rumah tinggal di Denpasar Selatan Denpasar Bali. Analisis dilaksankan secara 3
deskriptif kualitatif dan kuantitatif, terhadap peranan garis dalam konsep minimalis pada
desain interior rumah tinggal. Berdasarkan kajian teori yang ada maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peranan garis dalam konsep minimalis pada desain interior
rumah tinggal?
2. Jens-jenis garis-garis apa saja yang mampu memperkuat konsep minimalis
pada desain interior rumah tinggal?
Secara umum konsep merupakan ide atau pengertian yang diabstraksikan dari
peristiwa konkrit (Depdikbud, 1992). Konsep dalam desain interior adalah dasar
pemikiran desainer dalam memecahkan permasalahan atau problem desain (Prabu, 2005).
Pemecahan masalah dalam desain interior berkaitan dengan pendataan manusia, ruang
dan lingkungan. Seperti diungkapkan oleh Santosa (2005) desain interior pada prinsipnya
merupakan upaya memecahkan masalah kehidupan yang berkaitan dengan ruang bagian dalam
dari sebuah bangunan. Sebuah konsep dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: latar belakang
kasus, trend desain, lingkungan fisik dan sosial, peraturan daerah, ide desainer, keinginan
pemilik. Konsep secara sendiri dapat mengacu pada beberapa pendekatan (Prabu, 2005)
yaitu:
1. Metaphora yaitu pendekatan yang didasarkan pada perumpamaan bentuk yang
dikaitkan dengan aktivitas atau fungsi utama dari suatu fasilitas.
2. Analogous yaitu pendekatan yang berdasarkan penampungan kegiatan yang
diidentikan dengan bentuk tertentu.
3. Programatik yaitu pendekatan yang didasarkan pada solusi tertentu yang akan
diterapkan pada sebuah desain.
4. Ideals yaitu suatu pendekatan yang berdasarkan cita-cita yang dipegang sebagai
tujuan berdasar faham-faham tertentu yang diyakini sebagai sebuah kebenaran
mutlak.
Dalam desain interior konsep memegang peranan yang sangat penting, dengan
adanya konsep seluruh permasalahan yang akan dipecahkan dalam perancangan
diformlasikan ke dala satu perumusan yang bersifat abstrak, sebagai landasan atau
panduan untuk diterjemahkan ke dalam tataran teknis (Santosa, 2005).
Estetika
Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang
dirasakan seseorang, yang akan dirasakan apabila terjalin perpaduan yang harmonis dari
elemen-elemen keindahan yang terkandung pada suatu objek (Artini, 2000). Dalam kaitan
desain dipahami sebagai seni, maka akan selalu mengolah unsur-unsur: titik, garis, pola,
bentuk, tekstur, banan dan warna dalam suatu keseimbangan, kesatuan, irama, komposisi,
harmoni dan titik pusat perhatian. Keseluruhan unsur-unsur tersebut bersinergi dalam 5
sebuah ruang membentuk desain interior yang indah yang mampu mewujudkan nilai
simbolik dan budaya. Seperti yang diunkapkan oleh Santosa (2005) sebagai perwujudan
nilai simbolik dan budaya, maka desain dapat dikaitkan dengan faktor nilai, pandangan
hidup, kepercayaan, mitos dan lain-lain ke dalam wujud materi yaitu benda kongkrit yang
berfungsi untuk mengungkapkan suatu nilai budaya tertentu.
Sebuah titik adalah pokok dasar dari bentuk yang merupakan elemen yang penting
dalam membahas keindahan. Titik dapat dijadikan pusat perhatian dalam suatu susunan
tatakota, misalnya dalam bentuk tugu yang ditempatkan dipersimpangan jalan. Dengan
mempergunakan berjuta titik dapat dibentuk pola, bidang, bentuk yang indah seiang
menyatu dan menjadi pusat perhatian.
Sebuat titik jika diperpanjang, memiliki arah dan memiliki posisi akan menjadi
sebuah garis. Seperti yang diungkapkan Ching (1985) sebuah titik diperpanjang menjadi
sebuah garis yang memiliki panjang, arah dan posisi. Dengan kepekaan akan
keseimbangan, kesatuan, irama, komposisi, harmoni dan titik pusat perhatian dengan garis
akan dapat diciptakan suasana gembira, tegang, ramah, keangungan. Garis menurut Jones
(1997) diklasifikasikan menjadi: garis tegak lurus cenderung memebri kesan meninggi,
kuat dan tegas; garis mendatar dapat membangun kesan rileks atau istirahat, ketenangan,
kedamaian; garis menyilang memberi kesan penuh garak atau dinamis; garis lengkung
dapat memberikan kesan keagngan dan kelembutan.
Jika banyak garis disusun berderet dalam posisi sejajar, maka akan mengasilkan
bidang. Karakter bentuk, keindahan yang timbul tergantung dari keseimbangan, kesatuan,
arah garis, letak, irama, proporsi, warna dan lain-lain. Bidang memiliki dua dimensi yaitu
panjang dan lebar, dalam desain interior bidang hadir dalam bentuk peartisi, penutup
lantai, karpet, dinding atau bentuk lain yang berfungsi sebagai alas atau permukaan suatu
bentuk.
Apabila bidang dipertemukan dengan bidang lain, akan terwujud rupa tiga
dimensional yang disebut bentuk (form). Pengamatan terhadap bentuk akan memudahkan
menemukan bagian dari bentuk tersebut yang tersusun dari beberapa unsur secara secara
sistematis.
Di samping unsur –unsur dasar estetika seperti yang telah disebutkan di atas, yang
harus diperhatikan adalah bagaimana pengolahannya, sehingga menjadi suatu hasil karya
seni yang indah. Berikut aka dijelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan jika unsur
dasar estetika akan diolah menjadi suatu keindahan. 6
Keseimbangan pada hakekatnya adalah merupakan refleksi spontan dari suatu
keadaan yang dianggap tidak wajar. Keseimbangan menyangkut masalah proporsi atau
perbandngan yang tidak rasional sehingga mengakibatkan adanya pergerakan.
Penggunaan ruag yang sangat besar untuk yang kesil sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara gedung dan fungsi ruang (Artini, 1997). Unsur-unsur yang dapat membantu
masalah ketidakseimbangan adalah pemberian aksen, pewarnaan, perbedaan proorsi
dalam suatu susunan desain ruang.
Kesatuan pada hakekatnya adalah suatu usaha yang berhasil menyatukan berbagai
unsur estetika dalam suatu objek seni sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis.
Pencapaiannya dapat dilakukan denan berbagai cara yang tergantung dari pengetahuan
dan pemahaman tentang unsur dasar estetika. Dengan demikian implementasi kesatuan
dalam desain dapat dilaksankan pada unsur-unsur titik, garis, bidang, bertuk, warna,
bahan, tekstur dan yang lainnya.
Irama memiliki pengertian berdasarkan pada pengamatan yang berkesinambungan,
sehingga bisa diikuti proses suatu gerakan secara berlanjut. Gerakkan yang dirasakan
lewat penglihatan kan tampak: cepat-lambat, naik-turun, tegak mendtar, berkelok-kelok
dan lain-lain. Garis merupakan unsur elementer yang senantiasa muncul dan selalu mempunyai
peran dalam menentukan bentuk–bentuk dari suatu motif hias. Dari ukuran, bentuk serta
gerak yang ditimbulkan, garis dapat berbentuk lurus, lengkung, patah–patah,
bergelombang atau zig zag. Bagaimanapun bentuknya, garis senantiasa mempunyai
peranan dalam suatu desain atau motif hias.- Misalnya penggunaan garis datar
(horizontal), garis tegak (vertikal) atau garis yang lainnya, selain berperan secara visual,
garis pun dapat berperan sebagai media pengungkapan perasaan. Berikut beberapa kesan
yang ditimbulkan menurut Jones (1997).
• tegak lurus cenderung memebri kesan meninggi, kuat dan tegas;
• mendatar dapat membangun kesan rileks atau istirahat, ketenangan, kedamaian;
• menyilang memberi kesan penuh gerak atau dinamis;
• lengkung dapat memberikan kesan keagungan dan kelembutan.
Sedangakan menurut Sadjiman (2010) garis memiliki beberapa efek antara lain:
• Susunan garis-garis horisontal akan menghasilkan kesan tenang, damai, tetapi
pasif 7
• Susunan garis-garis vertikal menghasilkan kesan stabil, megah, kuat, tetapi statis,
kaku.
• Susunan garis-garis diagonal (kanan/kiri) akan menghasilkan kesan bergerak lari /
meluncur, dinamik,, tetapi tampaktak seimbang.
• Susunan garis-garis lengkung memberi kesan ringan dinamik, kuat.
• Susunan garis-garis zig-zag memberi kesan semangat, gairah, tetapi ada kesan
bahaya, mengerikan.
• Susunan garis-garis lengkung berombak atau lengkung S memberi kesan indah,
dinamis, luwes, lemah gemulai.
• Susunan garis-garis beijajar mengesankan lunak, lembut, rapi, tenang.
• Susunan garis-garis saling memotong akan mengesankan keras, kontradiksi, kles,
pertentangan, kuat, tajam. Salib adalah perpaduan garis vertikal dan horisontal
menggambarkan kekuatan hubungan manusia dan Tuhannya.
Dari ilustrasi tersebut di atas, garis mempunyai peranan yang tak dapat kita
abaikan, baik secara ilusif maupun dalam bentuknya yang esensial yang dapat diperoleh.
Melalui bentuk fisik yang dilihat, akan banyak ditemukan berbagai aspek visual yang
kaitannya tidak sekedar berupa bentuk yang nampak, tetapi ada juga yang menyangkut
pesan simbolik. Pada karya dua dimensi, seperti dalam gambar atau suatu desain, garis
akan mampu memberikan kesan ilusif atau imajinasi tertentu bagi orang yang melihatnya.
Kesan seperti itu besar artinya dalam membawa alam pikiran ataupun perasaan seseorang
terhadap bentuk yang nampak dalam penglihatannya. Dari bentuk–bentuk garis yang
disusun atau diubah dapat disampaikan kesan ke dalaman atau dimensi, tentang gerak,
atau bahkan kesan yang bersifat menggugah perasaan, menggugah rasa semangat, religius
ataupun metafisik yang abstrak. Dengan demikian jelas bahwa garis tidak hanya sekedar 8
satu bentuk dari unsur utama sebuah gambar atau desain yang demikian sederhana.
Banyak segi lain yang terkandung di dalamnya dan itu tergantung dari bagaimana
penerapan atau pengelolaan dari materi itu sendiri.
Metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
suatu kesatuan metode dan teknik penelitian deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan naturalistik, fungsi paradigma dan
teori dilakukan untuk mengembangkan konsep dan meningkatkan pemahaman serta
kepekaan peneliti terhadap konsep, unsur estetika dan permasalahan teknis dalam rumah
tinggal yang di bangun oleh pengembang tahun 2008 ke atas di kecamatan Denapsar
Selatan Denpasar Bali (Suprayogo, 2001).
okasi Penelitian
Bangunan Rumah tinggal yang dibangun pengembang di kecamatan Denpasar
Selatan, Denpasar Bali, di bangun di jalur pariwisata. Dengan keadaan ini seyogyanya
bangunannya telah dirancang dengan mempertimbangkan konsep, unsur estetika dan
teknis.
Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan individu yang dijadikan subjek penelitian Gorda
(1997:60) menyatakan bahwa, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, baik
kuantitas maupun karakteristik tertentu yang diputuskan oleh peneliti untuk diteliti, dan
kemudian ditarik kesimpulan.
Soegiyono (2001:57) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas, objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dari kedua pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian baik kuantitas, maupun karakteristik tertentu yang
diputuskan oleh peneliti untuk diteliti, dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun populasi
dalam penelitian ini adalah bangunan rumah tinggal type 45 yang dibangun oleh
pengembang di kecamatan Denpasar Selatan tahun 2009 sampai saat ini yang
menggunakan konsep minimalis.
Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Soegiyono, 2001:57-58). Selanjutnya Faisal menyatakan bahwa, ide pokok dari teknik
pengambilan sampel adalah: a. mencari informasi mengenai keseluruhan populasi, b. 10
dengan jalan mencari informasi pada sebagian saja dari populasi tersebut, dan c. informasi
yang diberlakukan kepada seluruh populasi. Singarimbun dan Effendi, 1995, dalam
Redioka, (2005:31), menyatakan seorang peneliti harus dapat memperkirakan besarnya
sampel yang akan diambil, sehingga posisinya dianggap cukup untuk menjamin
kebenaran hasil penelitian.
Atas dasar pendapat para ilmuwan di atas, dan juga karena pertimbangan peneliti
terhadap tingkat ketelitian dalam pengamatan, maka peneliti mengambil keputusan
menentukan besarnya jumlah sampel penelitian sebanyak 5% dari seluruh bangunan
rumah tinggal sesuai dengan ketentuan di atas. Cara pemilihan sampel menggunakan
teknik Quota Sampling. Istijanto, (2005:118) menyatakan bahwa dalam metode Quota
Sampling, periset menetapkan kuota atau jumlah tertentu terhadap sampel yang memiliki
karakterisitik yang diinginkan periset. Karakteristik atau kategori ditetapkan sendiri oleh
periset, misalnya atas dasar rumah tinggal di bangun tahun 2009 samapai saat ini,
mempergunakan konsep minimals, bertype 45 dan lain-lainya. Besar kuota ditetapkan
sendiri berdasarkan populasi, sedangkan distribusinya ditentukan secara proporsional
berdasarkan jumlah perumahan yang dibangun pada wilayah penelitian.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini merupakan data kualitatif dan berupa teks arsitektur
tentang bangunan rumah tinggal dan ungkapan kata-kata atau kalimat dari informan yang
mempunyai pengetahuan tentang bangunan rumah tinggal. Penelitian ini menggunakan
sumber data primer dan skunder. Data primer diambil dengan cara mengamati secara
langsung. Di samping itu peneliti juga mempergunakan data sekunder dengan mengambil
data dari berbagai buku dan dokumentasi. Data yang tak kalah pentingnya adalah data
berupa informasi yang bersumber dari para informan, undagi, dan pengrajin rumah
tradisional Bali.
Untuk menentukan informan digunakan konsep Spradley (1997) dan Benard
(1994) dalam Suwardi (2003), yang pada prinsipnya penelitian kualitatif tidak perlu
menggunakan populasi dan sampel, namun ditekankan pada penentuan informan kunci.
Penunjukkan informan diutamakan yang mengusai pengetahuan tentang arsitektur rumah
tinggal, baik secara teori maupun secara praktis. Pemilihan informan diawali dengan
informan kunci yang berperan sebagai pemberi informasi utama dan paling awal.
Informan ini diminta juga untuk menunjuk orang yang layak dipakai sebagai informan
berikutnya. Setiap informan diminta juga untuk menunjuk informan berikutnya sehingga
informan tidak dibatasi secara mutlak. Jumlah mereka tergantung dari tingkat kejenuhan 11
data yang digali. Sedangkan dalam penunjukan informan lainnya diusahakan yang berasal
dari kalangan wenagi (praktisi arsitektur tradisional Bali), pengrajin dan pengusaha
bangunan rumah tinggal, budayawan dan akedemisi. Dalam menggali data dari para
informan diciptakan pula peluang untuk dapat melakukan pengecekan data secara silang
antar informan sehingga validitas data menjadi lebih akurat (Suwardi, 2003).
Intrumen Penelitian
Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Kamera merek Nixon Coolpix buatan Jepang untuk mendokumentasikan kegiatan
penelitian.
2. Meteran logam merek Imundex, bahan metal, buatan Jepang dengan ketelitian satu
mm, kemampuan ukur 5 meter, untuk mengukur hal-hal yang berkaitan dengan
unsur bahasan dalam banguan rumah tinggal dan lain-lain.
3. Meteran besar merk Tricle, bahan kain, buatan China dengan ketelitian satu mm,
kemampuan ukur 30 meter untuk mengukur panjang lebar denah bangunan.
4. Alat tulis menulis.
Teknik Pengumpulan Data
1 Observasi
Teknik yang digunakan adalah observasi langsung, yaitu pengambilan data dengan
cara mengamati secara seksama bentuk dan kondisi bangnan rumah tinggal di denpasar
Selatan, Denpasar Bali yang dibangun pengembang di atas tahun 2008. Dengan observasi
langsung memungkinkan peneliti mengamati dari dekat gejala objek penelitian. Peneliti
bisa semata-mata sebagai pengamat dari dekat gejala objek penelitian. Observasi
dilaksanakan untuk mengetahui bagamna konsep, unsur desain dan pertimbnagan teknis
disinergikan dala membangun rumah tinggal.
2 Wawancara
Yaitu pengambilan data dengan cara melakukan wawancara secara mendalam
kepada para ahli, produsen dan konsumen bangunan rumah tinggal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Moleong (1998), yang mengatakan bahwa data utama dalam penelitian
kuantitatif adalah kata-kata dan tindakan, sedangkan selebihnya seperti dokumen dan lain-
lain merupakan tambahan.
Informan menurut Koentjaraninggrat (1997), adalah orang yang memeberikan
keterangan dan data dari individu demi keperluan informasi, sedangkan responden adalah
orang yang diminta tentang pendirian atau pandangan dari individu yang diwawancarai. 12
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam, agar lebih terarah maka
disusun pedoman dalam bentuk pertanyaan terbuka. Dengan teknik ini diharapkan dapat
menjaring data mengenai pengetahuan, pengalaman, pendapat, dan gagasan informan
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan bangunan rumah tinggal.
3 Pengolahan Data dan Analisis Data
Menurut Singarimbun (1989), analisa data merupakan proses penyederhanaan data
ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data dalam penelitian ini
diuraikan secara deskriptif, oleh karena itu analisa yang dipergunakan adalah analisa
kualitatif untuk penganaliasaan penerapan konsep, unsur desain dan pertimbangan teknis
dalam pembangunan rumah tinggal. Kemudian daripadanya akan dibahas sinergi dari
ketiga unsur tersebut untuk mengetahui apakah konsep dan unsur estetika menjadi
perhatian pengembang saat membangun, kemudian apakah konsep, unsur estetika dan
pertimbangan teknis mampu disenergikan dalam perwujudan rumah tinggal.
V Luaran Penelitian
Dengan pengkajian konsep, unsur estetika dan pertimbangan teknis dalam
pembanguna rumah tinggal di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar Bali, nantinya akan
diketahui nilai-nilai konsep, unsur estetika dan pertmbangan teknis dalam suatu
perwujudan perencanaan bengunan. Pada akhir penelitian ini akan dijadikan bahan ajar
pada mata kuliah Desain Interior II dan diterbitkan pada jurnal ilmiah ”Mudra ISI
Denpasar”.
KONSEP MINIMALIS
Konsep minimalis merupakan sebuah konsep penataan bangunan baik dari fungsi ruang,
tampilan, metode pelaksanaan dan pembiayaannya. Konsep minimalis mengandung
makna yang hampir sama dengan azas ekonomi, yaitu dengan metode dan bahan yang
sederhana menghasilkan fungsi yang maksimal. Seperti bentukan pola garis vertikal dan
horizontal sederhana yang dipadu padankan sehingga menghasilkan bentukan yang
menarik. Seperti pemanfaatan ruang yang terbatas menjadi sebuah ruang yang
mengandung banyak fungsi. Penggunaan warna kontras pada sebuah spot juga dijadikan
jurus jitu untuk menarik minat atas kesederhanaan yang ada. Bila dipandang dari segi
metode dan pembiayaan, konsep minimalis mengandung makna melakukan atau membuat
bentukan yang sederhana dan murah tanpa berbelit2 seperti konsep klasik atau
mediterania yang menciptakan bentukan unik dan monumental. Dengan metode sederhana
dan biaya yang murah diharapkan dapat menghasilkan bentukan yang menarik dan
terkesan mahal, disinilah konsep minimalis baru bisa dikatakan berhasil. Konsep
minimalis sering diterapkan pada bangunan atau rumah2 yang kecil dan imut karena
keterbatasan ruang tadi, tetapi tidak menutup kemungkinan konsep ini diterapkan pada
bangunan basar dan megah.
Estetika
Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang
dirasakan seseorang, yang akan dirasakan apabila terjalin perpaduan yang harmonis dari
elemen-elemen keindahan yang terkandung pada suatu objek (Artini, 2000). Dalam kaitan
desain dipahami sebagai seni, maka akan selalu mengolah unsur-unsur: titik, garis, pola,
bentuk, tekstur, banan dan warna dalam suatu keseimbangan, kesatuan, irama, komposisi,
harmoni dan titik pusat perhatian. Keseluruhan unsur-unsur tersebut bersinergi dalam
sebuah ruang membentuk desain interior yang indah yang mampu mewujudkan nilai
simbolik dan budaya. Seperti yang diunkapkan oleh Santosa (2005) sebagai perwujudan
nilai simbolik dan budaya, maka desain dapat dikaitkan dengan faktor nilai, pandangan
hidup, kepercayaan, mitos dan lain-lain ke dalam wujud materi yaitu benda kongkrit yang
berfungsi untuk mengungkapkan suatu nilai budaya tertentu. 14
Sebuah titik adalah pokok dasar dari bentuk yang merupakan elemen yang penting
dalam membahas keindahan. Titik dapat dijadikan pusat perhatian dalam suatu susunan
tatakota, misalnya dalam bentuk tugu yang ditempatkan dipersimpangan jalan. Dengan
mempergunakan berjuta titik dapat dibentuk pola, bidang, bentuk yang indah seiang
menyatu dan menjadi pusat perhatian.
Sebuat titik jika diperpanjang, memiliki arah dan memiliki posisi akan menjadi
sebuah garis. Seperti yang diungkapkan Ching (1985) sebuah titik diperpanjang menjadi
sebuah garis yang memiliki panjang, arah dan posisi. Dengan kepekaan akan
keseimbangan, kesatuan, irama, komposisi, harmoni dan titik pusat perhatian dengan garis
akan dapat diciptakan suasana gembira, tegang, ramah, keangungan. Garis menurut Jones
(1997) diklasifikasikan menjadi: garis tegak lurus cenderung memebri kesan meninggi,
kuat dan tegas; garis mendatar dapat membangun kesan rileks atau istirahat, ketenangan,
kedamaian; garis menyilang memberi kesan penuh garak atau dinamis; garis lengkung
dapat memberikan kesan keagngan dan kelembutan.
Jika banyak garis disusun berderet dalam posisi sejajar, maka akan mengasilkan
bidang. Karakter bentuk, keindahan yang timbul tergantung dari keseimbangan, kesatuan,
arah garis, letak, irama, proporsi, warna dan lain-lain. Bidang memiliki dua dimensi yaitu
panjang dan lebar, dalam desain interior bidang hadir dalam bentuk peartisi, penutup
lantai, karpet, dinding atau bentuk lain yang berfungsi sebagai alas atau permukaan suatu
bentuk.
Apabila bidang dipertemukan dengan bidang lain, akan terwujud rupa tiga
dimensional yang disebut bentuk (form). Pengamatan terhadap bentuk akan memudahkan
menemukan bagian dari bentuk tersebut yang tersusun dari beberapa unsur secara secara
sistematis.
Di samping unsur –unsur dasar estetika seperti yang telah disebutkan di atas, yang
harus diperhatikan adalah bagaimana pengolahannya, sehingga menjadi suatu hasil karya
seni yang indah. Berikut aka dijelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan jika unsur
dasar estetika akan diolah menjadi suatu keindahan.
Keseimbangan pada hakekatnya adalah merupakan refleksi spontan dari suatu
keadaan yang dianggap tidak wajar. Keseimbangan menyangkut masalah proporsi atau
perbandngan yang tidak rasional sehingga mengakibatkan adanya pergerakan.
Penggunaan ruag yang sangat besar untuk yang kesil sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara gedung dan fungsi ruang (Artini, 1997). Unsur-unsur yang dapat membantu 15
masalah ketidakseimbangan adalah pemberian aksen, pewarnaan, perbedaan proorsi
dalam suatu susunan desain ruang.
Kesatuan pada hakekatnya adalah suatu usaha yang berhasil menyatukan berbagai
unsur estetika dalam suatu objek seni sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis.
Pencapaiannya dapat dilakukan denan berbagai cara yang tergantung dari pengetahuan
dan pemahaman tentang unsur dasar estetika. Dengan demikian implementasi kesatuan
dalam desain dapat dilaksankan pada unsur-unsur titik, garis, bidang, bertuk, warna,
bahan, tekstur dan yang lainnya.
Irama memiliki pengertian berdasarkan pada pengamatan yang berkesinambungan,
sehingga bisa diikuti proses suatu gerakan secara berlanjut. Gerakkan yang dirasakan
lewat penglihatan kan tampak: cepat-lambat, naik-turun, tegak mendtar, berkelok-kelok
dan lain-lain.
Garis
Garis merupakan unsur elementer yang senantiasa muncul dan selalu mempunyai
peran dalam menentukan bentuk–bentuk dari suatu motif hias. Dari ukuran, bentuk serta
gerak yang ditimbulkan, garis dapat berbentuk lurus, lengkung, patah–patah,
bergelombang atau zig zag. Bagaimanapun bentuknya, garis senantiasa mempunyai
peranan dalam suatu desain atau motif hias.- Misalnya penggunaan garis datar
(horizontal), garis tegak (vertikal) atau garis yang lainnya, selain berperan secara visual,
garis pun dapat berperan sebagai media pengungkapan perasaan. Berikut beberapa kesan
yang ditimbulkan menurut Jones (1997): tegak lurus cenderung memebri kesan meninggi,
kuat dan tegas; mendatar dapat membangun kesan rileks atau istirahat, ketenangan,
kedamaian; menyilang memberi kesan penuh gerak atau dinamis; lengkung dapat
memberikan kesan keagungan dan kelembutan. Sedangakan menurut Sadjiman (2010)
garis memiliki beberapa efek antara lain: Susunan garis-garis horisontal akan
menghasilkan kesan tenang, damai, tetapi pasif; Susunan garis-garis vertikal
menghasilkan kesan stabil, megah, kuat, tetapi statis, kaku; Susunan garis-garis diagonal
(kanan/kiri) akan menghasilkan kesan bergerak lari / meluncur, dinamik,, tetapi
tampaktak seimbang; Susunan garis-garis lengkung memberi kesan ringan dinamik, kuat;
Susunan garis-garis zig-zag memberi kesan semangat, gairah, tetapi ada kesan bahaya,
mengerikan; Susunan garis-garis lengkung berombak atau lengkung S memberi kesan
indah, dinamis, luwes, lemah gemulai; Susunan garis-garis beijajar mengesankan lunak,
lembut, rapi, tenang; Susunan garis-garis saling memotong akan mengesankan keras, 16
kontradiksi, kles, pertentangan, kuat, tajam. Salib adalah perpaduan garis vertikal dan
horisontal menggambarkan kekuatan hubungan manusia dan Tuhannya.
Dari ilustrasi tersebut di atas, garis mempunyai peranan yang tak dapat kita
abaikan, baik secara ilusif maupun dalam bentuknya yang esensial yang dapat diperoleh.
Melalui bentuk fisik yang dilihat, akan banyak ditemukan berbagai aspek visual yang
kaitannya tidak sekedar berupa bentuk yang nampak, tetapi ada juga yang menyangkut
pesan simbolik. Pada karya dua dimensi, seperti dalam gambar atau suatu desain, garis
akan mampu memberikan kesan ilusif atau imajinasi tertentu bagi orang yang melihatnya.
Kesan seperti itu besar artinya dalam membawa alam pikiran ataupun perasaan seseorang
terhadap bentuk yang nampak dalam penglihatannya. Dari bentuk–bentuk garis yang
disusun atau diubah dapat disampaikan kesan ke dalaman atau dimensi, tentang gerak,
atau bahkan kesan yang bersifat menggugah perasaan, menggugah rasa semangat, religius
ataupun metafisik yang abstrak. Dengan demikian jelas bahwa garis tidak hanya sekedar
satu bentuk dari unsur utama sebuah gambar atau desain yang demikian sederhana.
Banyak segi lain yang terkandung di dalamnya dan itu tergantung dari bagaimana
penerapan atau pengelolaan dari materi itu sendiri.
Pada penelitian ini garis yang timbul dari adanya konsep minimalis adalah garis-
garis horisonl serta vertikal, yang pada akhirnya mewujudkan betuk geometris yang
sangat kuat dengan dukungan warna-warna tertentu pada bentuk yang dijadikan vokal
poin. Seperti tampak pada gambar berikut.
Hal ini sesuai dengan pengertian konsep jika dipandang dari estetika, yaitu
bentukan pola garis vertikal dan horizontal sederhana yang dipadu padankan sehingga
menghasilkan bentukan yang menarik. Serta pemanfaatan ruang yang terbatas menjadi
sebuah ruang yang mengandung banyak fungsi. Penggunaan warna kontras pada sebuah
spot juga dijadikan jurus jitu untuk menarik minat atas kesederhanaan yang ada. Konsep
minimalis sering diterapkan pada bangunan atau rumah2 yang kecil, tetapi tidak menutup
kemungkinan konsep ini diterapkan pada bangunan basar dan megah. Pada ruang dalam garis-garis yang terbentuk juga sangat kuat baik garis horisontal
maupun yang vertikal. Garis kuat ini terbetuk bersamaan dengan unsur estetika lainnya
seperti, warna dan bentuk akibat dari permainan garis yang ada. Gambar berikut
memperlihatka peranan garis pada desain interior.
Demikian pula pada peranan garis pada bangunan berikut ini:
Garis yang dimbul pada pintu masuk ruang tamu rumah tersebut sangat kuat, yang timbul
dari susunan-susunan garis vertikal yang menjadi deatilnya, serta kemudian membentuk
garis vertikal dan horisontal sebagai penguat dari pintu masuk yang sekaligus menjadi
pusat perhatian dari bangunan tersebut jika dilihat dari luar. Sehingga susunan garis 19
vertikal dan horisontal tersebut dapat memeberikan kesan tenang dan damai dan juga
dapat memberikan kesan penajaman yang kuat pada pintu masuk ruang tamu. Hal ini
sama dengan apa yang diungkapkan oleh Sadjiman (2010) yaitu: garis memiliki beberapa
efek antara lain: susunan garis-garis horisontal akan menghasilkan kesan tenang, damai,
tetapi pasif, sedangkan susunan garis-garis vertikal menghasilkan kesan stabil, megah,
kuat, tetapi statis, kaku.
Pada bangunan rumah tinggal lain peranan garis vertikal dan horisontal sangat
mendomonasi, sehingga tampak seperti timbul monotonitas yang berkelanjutan.
Monotonitas ini terjadi karena garis vertikal dan horisontal yang ada tersusun berderet
pada suatu tempat yang panjang tanpa ada usaha membuat irama, pusat perhatian atau hal
lain yang menjadi pertimbangan dalam teori dasar desain.
Pada gambar di atas tampak jelas juga peranan garis vertikal dan horisontal yang sangat
menonjol, tanpa ada usaha untuk mempergunakan garis lengkung misalnya, dalam upaya
untuk membuat irama atau point of interes dalam suatu bidang desain.
Kesan garis vertikal dan horisontal yang begitu kuat pada bangunan-banguan yang
dibangun pengembang pada akhir-akhir ini merupakan usaha untuk mendukung konsep
banguanan yang dikembangkan yaitu minimalis. Di mana dalam brosur-brosur yang
dibuat dengan jelas mengatkan bangunan yang dibangun adalah mempergunakan konsep
minimalis.
Peranan garis pada konsep minimalis pada bangunan rumah tinggal sangat kental, di mana
padanya tersusun dalam garis vertikal dan horisontal yang pada akhirnya terjadi bentuk-
bentuk geometris yang sangat kuat. Susunan garis yang pada akhirnya mewujudkan
sebuah bentuk, yang diperkuat oleh peranan warna yang tajam.
Garis vertikal dan horisonal yang menjadi sebuah bentuk untuk membuat pusat perhatian
dalam suatu bidang adalah garis-garis yang dipergunakan untuk memperkuat
implementasi konsep minimalis pada banguan-bangunan yang dibangun pengembang
akhir-akhir ini.
Post a Comment
SEBAGAI PNGUNJUNG YANG BAIK TINGGALKAN KOMENTAR walau sepatah kata...
KOMENTAR ini juga sebagai Media Konsultasi Dan Tanya Jawab Seputar Desain dan Struktur..